Rabu, 10 Maret 2021

Tipe Kepemimpinan Presiden SBY di Partai Demokrat

Partai Demokrat yang lahir pada 9 September 2001 juga memiliki kesamaan tanggal dengan kelahiran SBY. Otomatis setiap tahun pada tanggal tersebut para kader Partai Demokrat juga ikut merayakan ulang tahun pemimpinnya. Itu salah satu bentuk pengakuan bagi partai kepada sosok SBY yang masih dan akan terus menjadi tauladan dan sosok kebanggaan partai, tidak lupa tentunya mengabdi kepada Partai Demokrat.

Kader Partai Demokrat dan SBY diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Bisa dikatakan seperti itu karena menurut kader partai, sosok SBY ibarat matahari dengan berbagai kilauan seperti prestasi, latar belakang kehidupan keluarganya, pengalaman kepemimpinannya, visi dan misi untuk Partai Demokrat sekaligus bangsa ini dan kilauan lainnya. Sisi yang lain yaitu SBY, sosoknya tanpa sadar telah menjadi dominan di partai. Visinya tentang Indonesia, semangatnya untuk mereposisi kepemimpinan yang baru di Indonesia, serta gagasan lain yang mengilhami Partai Demokrat hingga kini, menjadi sentuhan baginya untuk terus menjadi sosok pemimpin karisma. 

Walaupun para kader percaya bahwa sosok pemimpin karismatik SBY bukanlah suatu bentuk upaya langsung SBY untuk dikagumi, karena hal-hal yang mendasari kekaguman mereka bukanlah sebuah skenario yang dibuatnya. Mereka percaya bahwa pemimpin karismatik adalah suatu bawaan dari si pemimpin, terlepas dia menjadi pemimpin di suatu negara atau bukan, jika dia ditakdirkan sebagai pemimpin karismatik, ia akan tetap menjadi pemimpin yang memiliki basis massanya sendiri. Menurut Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat Jemmy Setiawan, beliau mengatakan bahwa:

SBY adalah manusia terbaik di zamannya, yang lulus dengan prestasi, baik ketika di dunia militer, menjadi menteri, hingga menjadi presiden. SBY memiliki visi yang saya kira terus dipercaya oleh seluruh kader yang semangatnya masih terus dirasakan. Saya kira karismatik itu tidak bisa dibuat-buat, ibarat suatu DNA bawaan dari dirinya langsung, yang sudah teruji jauh sebelum dia memimpin negeri ini, artinya dia akan menjadi pemimpin di kelompoknya, di lingkungannya. Dia lahir begitu saja, dan SBY sadar akan proses dan memercayai proses. 

Mengamini pernyataan Jemmy Setiawan, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat Faisal Salim, mengatakan bahwa: 

SBY adalah sosok yang karismatik di Partai Demokrat. Dia adalah sosok yang sangat penting di Partai Demokrat. Pemikiran dan gagasan briliannya akan terus dijadikan pedoman partai. Kapabilitasnya di bidang kepemimpinan tidak bisa diragukan lagi sehingga di partai sendiri terus terasa sosoknya. Kepemimpinannya di Partai Demokrat yang demokratis, selalu terbuka akan hal yang terus update dan juga pemikiran para kadernya.

Dari dua pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang coba dipraktikkan oleh SBY di Partai Demokrat adalah kepemimpinan demokratik, sehingga berbagai arahan dan masukannya bukan sesuatu yang terpaksa jika dilakukan oleh para kader Partai Demokrat.  

Seperti halnya dalam Partai Demokrat, di umur yang masih belia, ia tersangkut konflik yang bisa dibilang tidak mudah untuk dilalui oleh partai baru tersebut. Yaitu kasus tindak pidana korupsi yang menyeret sejumlah nama kader utama Partai Demokrat. Sontak pukulan tersebut begitu mengguncang Partai Demokrat bahkan sempat menurunkan angka elektabilitas partai menurut survei Lembaga Survei Indonesia tahun 2011.

Hasil survei LSI yang dilakukan pada bulan Juni 2011, elektabilitas Demokrat merosot ke angka 15,7 persen padahal hasil Pemilu Legislatif tahun 2009 berada pada kisaran 20 persen. Saat itu, kasus mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, yang diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah gencar dibicarakan di media dan publik rakyat Indonesia.

Kader-kader Partai Demokrat yang tengah menjadi sorotan kala itu, bukan karena prestasinya melainkan perbuatan korupsi uang rakyat. Berawal dari kicauan Nazaruddin di muka persidangan kemudian menyeret kader partai lainnya hingga Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat ikut terseret. Sebelum dirinya menyatakan mundur dari jabatannya, Anas kemudian divonis sebagai tersangka kasus korupsi. Tak berhenti sampai di situ, kicauan Nazarudin pun berlanjut dan kembali mengucapkan nama-nama penikmat uang haram kasus pembangunan gedung Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat tersebut. 

Seperti Artis Angelina Sondakh dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng juga ikut menikmatinya. Dalam kasus lain, I Putu Sudiartana, dan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, juga ikut tersangkut kasus korupsi. 

Sejumlah persoalan yang menimpa para kader demokrat kemudian menjadi guncangan tersendiri bagi internal partai. Karena sebagai partai pemenang pemilu dua kali, dan waktu pemilu selanjutnya yang sudah tidak lama lagi, membuat kalang-kabut keadaan saat itu. Presiden SBY diminta harus tetap teguh, memegang prinsip keadilan tanpa pandang bulu, sekaligus membuktikan jargon politiknya yang menyatakan perang terhadap korupsi. Sehingga SBY kala itu harus segera mengambil langkah taktis untuk mengisi kekosongan kepemimpinan Partai Demokrat, sehingga SBY sebagai Presiden RI juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, dan menyaksikan pencopotan kader-kader terbaik partainya.

Menurut Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat Jemmy Setiawan, beliau mengatakan bahwa:

SBY mampu menjadi magnet, mampu menjadi pemersatu, pemersatunya bukan soal dia ditakuti, tapi gagasan dia melampaui, ini yang membuat SBY menjadi epicentrum di internal partai, dinamika konflik di internal partai itu biasa, dan itu dianggap tidak menjadi ancaman, karena dengan dinamika tersebut lah pendewasaan partai menjadi lebih matang. 

Sesungguhnya konflik ini kemudian dipandang sesuatu yang biasa, sesuatu yang justru dapat mendewasakan partai politik. Walaupun memang, sosok SBY sangat berperan penting kala itu untuk tetap menjaga kesolidan dan kepercayaan bukan saja bagi internal partai tapi juga masyarakat Indonesia.

Ternyata kekhawatiran ini bukan saja dirasakan oleh internal partai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pengamat Politik, Djayadi Hanan yang mengatakan bahwa:

Kemudian pada tahun 2012-2013, demokrat mengalami masalah kan internal, nah jika itu terjadi di partai lain, golkar misalnya, mungkin sudah pecah. Ketika ada faktor SBY maka semuanya masih utuh, kalo engga ada SBY, ya mungkin Demokrat sudah pecah.

Pernyataan tersebut memberikan pandangan bahwa Partai Demokrat beruntung memiliki sosok SBY. Sosoknya dinilai masih menjadi penentu utama kesolidan dari Partai Demokrat. Terkait dengan hubungan antara SBY dengan kader Partai Demokrat seperti kekaguman terhadap pemimpin karismatik dan munculnya keinginan untuk mengidentifikasi diri sebisa mungkin meniru pemimpin. 10 Ini kemudian menjadi pengaruh kuat pemimpin terhadap para pengikut. Selanjutnya yang membuat pemimpin karismatik terus disegani adalah karena memiliki visi. Sehingga pengaruh pemimpin karismatik akan terus dirasakan oleh para pengikutnya. 

Sebagaimana misalnya SBY yang terus aktif menyuarakan aspirasi atas nama Partai Demokrat akan kebijakan partai bukanlah sebagai oposisi ataupun koalisi, tetapi partai tengah. Memberikan arti bahwa Partai Demokrat akan terus mendukung pemerintahan Jokowi, tetapi juga aktif menjadi pengawas bersama masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini.

Kesimpulan : Pak SBY mempunyai 2 tipe kepemimpinan yaitu tipe kharismatik dan demokratik. Tipe Kharismatik dapat dibuktikan dengan sumber dari wawancara dengan beberapa kader Partai Demokrat pada masa itu. Pak SBY dibilang mempunyai massa yang besar karena gaya kepemimpinannya yang kharismatik. Tipe Demokratik dibuktikan dengan kuatnya partisipasi anggota kader Partai Demokrat kala itu meskipun terdapat beberapa masalah dan kontroversi namun adanya Pak SBY membuat partai semakin solid.

Selasa, 02 Maret 2021

Quote dari Mahatma Gandhi

 www.upnjatim.ac.id


"Hiduplah seolah kamu akan mati besok. Belajarlah seolah kamu akan hidup selamanya"

    Pada kalimat pertama disebutkan hiduplah seolah kamu akan mati besok. Menurut saya, seseorang yang mengetahui ajalnya tiba (contoh: narapidana hukuman mati) pasti hari-hari sebelum ia di eksekusi ia akan beribadah memohon tobat dengan tuhannya dan melakukan kebaikan. Dari contoh tersebut kita sebagai manusia harus lebih menghargai waktu dan memanfaatkan hal-hal baik/positif.

    Pada kalimat kedua disebutkan belajarlah seolah kamu akan hidup selamanya. Menurut saya ada hubungannya dari kalimat sebelumnya. Jadi selagi masih ada waktu belajarlah agar membuka wawasan segala hal dan biasanya orang yang banyak belajar tidak akan mudah lupa. Belajar disini maksudnya belajar dari segala aspek kehidupan. Manusia belajar agar mereka berkembang dan tentu bahagia dalam hidupnya. 

    Kebanyakan orang saat ini lebih memilih untuk mementingan diri sendiri daripada orang lain. Hidup itu bukan hanya dipenuhi dengan ambisi dan kepentingan diri kita sendiri. Menurut saya, hidup akan lebih nikmat jika hidup kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Melihat orang lain tersenyum lepas itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Oleh karena itu, marilah kita tanggalkan ego dalam diri kita, kesombongan, tidak percaya diri. Mulai kurangin tutur bahasa yang tak sopan supaya tidak menyakiti hati orang lain. Hiduplah seperti angin sepoi-sepoi yang akan selalu dinanti kehadirannya. Saya percaya jika kita semua diciptakan bukan karena kebetulan, tetapi Tuhan punya rencana khusus bagi kita.